Makalah
|
“Kebudayaan di Yogyakarta ”
|
NAMA :
Mugiyanto
KELAS :
1
TA 02
NPM :
17315488
Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan
Universitas Gunadarma
Tahun 2015-2016
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah
puji syukur atas kehadirat Allah SWT sehingga dengan rahmatnya lah
tugas makalah “Kebudayaan di Yogyakarta”
mata kuliah Ilmu Budaya Dasar sudah dapat
diselesaikan dengan baik.
Penyusun mengambil
tema tentang Kebudayaan di Yogyakarta karena Kebudayaan di Yogyakarta sangat
menarik untuk diulas lebih dalam.
Penyusunan makalah
ini untuk tugas makalah Ilmu Budaya Dasar Universitas Gunadarma,
Karena penyusunan makalah ini tidaklah
sempurna saya selaku penyusun meminta saran dan
kritik supaya ke depannya kesalahannya
dapat di minimalisir lagi.
Jakarta,
Maret 2016
Mugiyanto
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………….2
DAFTAR
ISI………………………………………………………………………………………3
Bab 1 Pendahuluan……..…………………………………………………………………………4
1.1
Latar Belakang………………………………………………………………………………..4
1.2
Tujuan Penulisan……………………………………………………………………………...4
Bab 2 Pembahasan………………………………………………………………………………...5
2.1 Kebudayaan……………………………………………………………………………………5
2.2 Aspek Seni…………………………………………………………………………………….5
2.3 Macam-macam adat dari
DIY…………………………………………………………………9
Bab 3 Penutup………………………………………………………………………………… .11
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………………………..11
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………12
3
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Daerah
Istimewa Yogyakarta adalah Daerah Istimewa setingkat provinsi di
Indonesia yang merupakan peleburan bekas (Negara) Kesultanan Yogyakarta dan [Negara]
Kadipaten Paku Alaman. Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak di bagian
selatan Pulau Jawa bagian tengah dan berbatasan dengan Provinsi
Jawa Tengah dan Samudera Hindia. Daerah Istimewa yang memiliki luas
3.185,80 km2 ini terdiri atas satu kota dan empat kabupaten, yang terbagi
lagi menjadi 78 kecamatan dan 438 desa/kelurahan. Menurut sensus penduduk 2010
memiliki jumlah penduduk 3.452.390 jiwa dengan proporsi 1.705.404 laki-laki dan
1.746.986 perempuan, serta memiliki kepadatan penduduk sebesar 1.084 jiwa per
km2.
Penyebutan
nomenklatur Daerah Istimewa Yogyakarta yang terlalu panjang menyebabkan sering
terjadinya penyingkatan nomenkaltur menjadi DI Yogyakarta atau DIY. Daerah
Istimewa ini sering diidentikkan dengan Kota Yogyakarta sehingga secara
kurang tepat disebut dengan Jogja, Yogya, Yogyakarta, Jogjakarta. Walaupun
memiliki luas terkecil ke dua setelah Provinsi DKI Jakarta, Daerah
Istimewa ini terkenal di tingkat nasional dan internasional. Daerah
Istimewa Yogyakarta menjadi tempat tujuan wisata andalan setelah Provinsi
Bali.
1.2 Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini
mempunyai tujuan sebagai berikut :
1.Memenuhi tugas mata
kuliah Ilmu Budaya Dasar
2. Memberikan
Penjelasan dan gambaran tentang budaya Yogyakarta yang unik untuk diceritakan.
3.Sebagai arahan agar
mahasiswa dapat mengkorelasikan Budaya/kebudayaan dengan kehidupan masyarakat
di kehidupan yang nyata.
4
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Kebudayaan
DIY mempunyai beragam potensi budaya, baik budaya
yang tangible (fisik) maupun yang intangible (non fisik)
Budaya yang tangible (fisik) :
·
Kawasan cagar budaya dan benda cagar budaya.
·
DIY memiliki tidak
kurang dari 515 Bangunan Cagar Budaya yang tersebar di 13 Kawasan Cagar Budaya.
·
Selain itu,
Provinsi DIY juga mempunyai 30 museum, yang dua di antaranya yaitu Museum
Ullen Sentalu dan Museum Sonobudoyo diproyeksikan menjadi museum internasional.
Budaya yang intangible (non fisik) :
·
Gagasan, sistem nilai atau norma.
·
Karya seni.
·
Sistem sosial atau perilaku sosial yang ada dalam masyarakat.
2.2 Aspek Seni
Daerah
Istimewa Yogyakarta memiliki banyak sekali kesenian. Baik itu kesenian budaya
seperti tari-tarian ataupun seni kerajinan seperti batik, perak, dan wayang.
1. Batik
Batik adalah salah satu
kerajinan khas Indonesia terutama daerah Yogyakarta. Batik yogya terkenal
karena keindahannya, baik corak maupun warnanya. Seni batik sudah ada
diturunkan oleh nenek moyang, hingga saat ini banyak sekali tempat-tempat
khusus yang menjual batik ini. Perajin batik banyak terdapat di daerah pasar
ngasem dan sekitarnya.
Kata “batik” berasal dari
gabungan dua kata bahasa Jawa: “amba”, yang bermakna “menulis” dan “titik”
yang bermakna “titik”.
Batik adalah salah
satu cara pembuatan bahan pakaian. Selain itu batik bisa mengacu pada dua hal.
Yang pertama adalah teknik pewarnaan kain dengan menggunakan malam untuk
mencegah pewarnaan sebagian dari kain. Dalam literatur internasional,
teknik ini dikenal sebagai wax-resist dyeing. Pengertian kedua adalah kain
atau busana yang dibuat dengan teknik tersebut, termasuk penggunaan motif-motif
tertentu yang memiliki kekhasan. Batik Indonesia, sebagai keseluruhan teknik, teknologi,
serta pengembangan motif dan budaya yang terkait, oleh UNESCO telah
ditetapkan sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan
Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity)
sejak 2 oktober 2009.
5
-
Jenis Batik
Menurut teknik:
Batik tulis adalah
kain yang dihias dengan teksture dan corak batik menggunakan tangan. Pembuatan
batik jenis ini memakan waktu kurang lebih 2-3 bulan.
Batik cap adalah
kain yang dihias dengan teksture dan corak batik yang dibentuk dengan cap (
biasanya terbuat dari tembaga). Proses pembuatan batik jenis ini
membutuhkan waktu kurang lebih 2-3 hari.
Batik lukis adalah
proses pembuatan batik dengan cara langsung melukis pada kain putih.
-
Menurut asal
pembuatan:
Batik Jawa
Batik Jawa adalah sebuah
warisan kesenian budaya orang Indonesia, khususnya daerah Jawa yang dikuasai
orang Jawa dari turun temurun. Batik Jawa mempunyai motif-motif yang
berbeda-beda. Perbedaan motif ini biasa terjadi dikarnakan motif-motif itu
mempunyai makna, maksudnya bukan hanya sebuah gambar akan tetapi mengandung
makna yang mereka dapat dari leluhur mereka, yaitu penganut agama animisme,
dinamisme atau Hindu dan Buddha. Batik jawa banyak berkembang di daerah Solo
atau yang biasa disebut dengan batik Solo
-
Macam-macam Batik
Batik Tiga Negeri dikenal
lewat warnanya yang terdiri dari tiga bagian. Ada biru, coklat/sogan, dan
merah. Batik ini kadang dikenal sebagai Batik Bang-Biru atau Bang-Bangan untuk
variasi warna yang lebih sederhana. Ada yang mengatakan kalau pembuatan batik
ini dilakukan di tiga tempat yang berbeda. Biru di Pekalongan, Merah di Lasem,
dan Sogan di Solo. Sampai sekarang kerumitan detail Batik Tiga Negeri sukar
sekali dirproduksi.
batik
buketan asal pekalongan
6
batik
jawa hokokai
Batik Jawa Hokokai.
Dibuat dengan teknik tulis semasa pendudukan Jepang di Jawa (1942-1945). Ia berupa
kain panjang yang dipola pagi/sore (dua corak dalam satu kain) sebagai solusi
kekurangan bahan baku kain katun di masa itu. Ciri lain yang mudah dikenali
adalah pada motifnya. Motif kupu-kupu, bunga krisan, dan detail yang bertumpuk
menjadikan Batik Jawa Hokokai menempati posisi karya seni yang mulia.
batik
lasem
Batik Lasem dikenal
karena warna merahnya yang khas. Di Lasem (Jawa Timur) sendiri, pengrajin batik
sudah sangat berkurang. Beberapa kolektor menyebut Batik Lasem adalah batik
yang tercantik diantara yang lain. Batik ini juga menjadi penanda pencampuran
dua budaya, Jawa dan Cina.
2. Perak
Kerajinan perak di
Yogyakarta terkenal karena kekhassannya. Kerajinan ini berpusat di KotaGede,
dimana hampir seluruh masyarakat di daerah ini menjadi pengrajin dan penjual
perak, banyak para wisatawan yang datang ke tempat ini bila hendak membeli
kerajinan perak.
3. Wayang
Seni wayang banyak
terdapat di daerah jawa, khususnya jogjakarta, para pengrajin maupun pendalang
sudah diwariskan secara turun temurun. Pengarajin wayang banyak terdapat di
daerah pasar ngasem, bahan-bahan dari wayang ini terbuat dari kulit sapi atau
kerbau, sehingga tidak mudah rusak dan awet. Wayang mudah di dapat juga di
daerah sepanjang malioboro.
Wayang dikenal sejak zaman prasejarah yaitu sekitar 1500 tahun sebelum Masehi. Masyarakat
Wayang dikenal sejak zaman prasejarah yaitu sekitar 1500 tahun sebelum Masehi. Masyarakat
7
Indonesia memeluk kepercayaan animisme berupa
pemujaan roh nenek moyang yang disebut hyang atau dahyang, yang
diwujudkan dalam bentuk arca atau gambar.
4. Tari Golek Menak Dari
Yogyakarta
Tari Golek Menak
merupakan salah satu jenis tari klasik gaya Yogyakarta yang diciptakan oleh Sri
Sultan Hamengku Buwono IX. Penciptaan tari Golek Menak berawal dari ide sultan
setelah menyaksikan pertunjukkan Wayang Golek Menak yang dipentaskan oleh seorang
dalang dari daerah Kedu pada tahun 1941. Disebut juga Beksa Golek Menak, atau
Beksan Menak. Mengandung arti menarikan wayang Golek Menak. Karena sangat
mencintai budaya Wayang Orang maka Sri Sultan merencanakan ingin membuat suatu
pagelaran yaitu menampilkan tarian wayang orang. Untuk melaksanakan ide itu
Sultan pada tahun 1941 memanggil para pakar tari yang dipimpin oleh K.R.T.
Purbaningrat, dibantu oleh K.R.T. Brongtodiningrat, Pangeran Suryobrongto,
K.R.T. Madukusumo, K.R.T. Wiradipraja, K.R.T.Mertodipuro, RW Hendramardawa, RB
Kuswaraga dan RW Larassumbaga. Proses penciptaan dan latihan untuk melaksanakan
ide itu memakan waktu cukup lama. Pagelaran perdana dilaksanakan di Kraton pada
tahun 1943 untuk memperingati hari ulang tahun sultan. Bentuknya masih belum
sempurna, karena tata busana masih dalam bentuk gladi resik. Hasil pertama dari
ciptaan sultan tersebut mampu menampilkan tipe tiga karakter yaitu :
8
Tipe karakter puteri
untuk Dewi Sudarawerti dan Dewi Sirtupelaeli,
Tipe karakter putra halus
untuk Raden Maktal,
tipe karakter gagah untuk
Prabu Dirgamaruta
Tiga tipe karakter
tersebut ditampilkan dalam bentuk dua beksan, yaitu perang antara Dewi
Sudarawerti melawan Dewi Sirtupelaeli, serta perang antara Prabu Dirgamaruta
melawan Raden Maktal. Melalui pertemuan-pertemuan, dialog dan sarasehan antara
sultan dengan para seniman dan seniwati, maka sultan Hamengku Buwana IX
membentuk suatu tim penyempurna tari Golek Menak gaya Yogyakarta. Tim tersebut
terdiri dari enam lembaga, yaitu : Siswo Among Beksa, Pusat Latihan Tari Bagong
Kussudiardja, Sekolah Menengah Karawitan Indonesia (SMKI), Mardawa Budaya,
Paguyuban Surya Kencana dan Institut Seni Indonesia (ISI). Keenam lembaga ini
setelah menyatakan kesanggupannya untuk menyempurnakan tari Golek Menak (1 Juni
1988), kemudian menyelenggarakan lokakarya dimasing-masing lembaga, dengan
menampilkan hasil garapannya. Giliran pertama jatuh pada siswa Among Beksa pada
tanggal 2 Juli 1988. Lokakarya yang diselenggarakan oleh siwa Among Beksa
pimpinan RM Dinusatama diawali dengan pagelaran fragmen lakon kelaswara, dengan
menampilkan 12 tipe karakter, yaitu :
Alus impur (tokoh Maktal,
Ruslan dan Jayakusuma),
Alus impur (tokoh
Jayengrana),
Alur kalang kinantang
(Perganji),
Gagah kalang kinantang
(Kewusnendar, Tamtanus, Kelangjajali, Nursewan dan Gajah Biher),
Gagah kambeng (Lamdahur),
Gagah bapang (tokoh
Umarmaya),
Gagah bapang (Umarmadi
dan Bestak),
Raseksa (Jamum),
Puteri (Adaninggar
seorang Puteri Cina),
Puteri impur (Sudarawerti
dan Sirtupelaeli),
Puteri kinantang (Ambarsirat,
Tasik Wulan Manik lungit, dan kelas wara),
Raseksi (mardawa dan
Mardawi)
2.3 Macam-macam adat dari
DIY
1. Upacara Sekaten,
kata SEKATEN,berasal dari bahasa
Arab,yaitu SYSHADATAIN,yang berarti dua Syahadat atau kesaksian.Duasyahadat itu
ialah:
1.1 SYAHADAT AUHID
1.2 SYAHADAT RASUL
9
2. Upacara Garebeg
Garebeg adalah upacara adat Kraton
Yogyakarta yang diselenggarakan tiga kali dalam satu tahun untuk memperingati
hari besar Islam. Mengenai Istilah Garebeg,ini berasal dari bahasa Jawa
“Grebeg”, yang berarti “Di iringi para pengikut”. Pengertian lain mengatakan
bahwa Gunungan itu di perebutkan warga masyarakat ang berarti di Grebeg atau Garebeg.
Pelaksanaan upacara
Tersebut bertepatan dengan hari-hari besar Islam seperti :
-
Garebeg SYAWAL
-
Garebeg Besar
-
Garebeg Maulud
3. Upacara Labuhan
Yang dimaksud Upacara Labuhan (Laut),yaittu upacara melempar sesaji dan benda-benda Kraton kelaut untuk di persembahkan kepada Kanjeng Ratu Kidul. Upacara tradisional Labuhan bermula sejak jaman Panembahan Senopati di mataram Kotagede.Upacara tersebut sebagai ungkapan rasa syukur atas keberhasilanya dalam memimpin Kerajaan Mataram Kota gede,yang masih tetap dilestarikan oleh para raja-raja Kesultanan Yogyakarta.
Adapun Upacara Labuhan ini ada tiga jenis,yaitu :
Yang dimaksud Upacara Labuhan (Laut),yaittu upacara melempar sesaji dan benda-benda Kraton kelaut untuk di persembahkan kepada Kanjeng Ratu Kidul. Upacara tradisional Labuhan bermula sejak jaman Panembahan Senopati di mataram Kotagede.Upacara tersebut sebagai ungkapan rasa syukur atas keberhasilanya dalam memimpin Kerajaan Mataram Kota gede,yang masih tetap dilestarikan oleh para raja-raja Kesultanan Yogyakarta.
Adapun Upacara Labuhan ini ada tiga jenis,yaitu :
-
Labuhan ageng
-
Labuhan Tengahan
-
Labuhan Alit.
10
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Jenis
kesenian di Indonesia banyak dipengaruhi oleh beberapa kebudayaan. Tari Jawa dan
Bali yang terkenal misalnya, berisi aspek-aspek kebudayaan dan mitologi Hindu.
Selain itu yang cukup terkenal di dunia adalah wayang kulit yang menampilkan
kisah-kisah tentang kejadian mitologis. bidang busana warisan budaya yang
terkenal di seluruh dunia adalah kerajinan batik. Beberapa daerah yang terkenal
akan industri batik meliputi Yogyakarta, Solo, dan juga Pekalongan.
Warisan
yang beragam mencerminkan kayanya budaya yang ada di Daerah Istimewa
Yogyakarta. Merawat dan turut andil dalam melestarikan budaya merupakan tugas
kita sebagai penerus bangsa.
11
DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Daerah_Istimewa_Yogyakarta
https://gabriellaaningtyas.wordpress.com/2012/11/25/kebudayaan-daerah-istimewa-yogyakarta/
https://talkekaprasetya.wordpress.com/2014/07/09/budayamakananciri-khas-yogyakarta/
http://fadhil-nugroho.blogspot.co.id/2012/03/tangible-dan-intangible-warisan-budaya.html
12
Tidak ada komentar:
Posting Komentar